Dari pengamatan yang dilakukan, terlihat harimau berada dalam kondisi yang kurang baik. Banyak terdapat luka di sekujur tubuhnya. Sebagian luka tampak masih baru yang disebabkan goresan besi box trap. Harimau dengan panjang 160 cm ini terlihat gelisah dan terus berusaha keluar kandang. Saat dilakukan pemeriksaan kesehatan (18/5) diketahui adanya dua luka lubang di bagian bawah perutnya. Luka yang telah berulat ini diperkirakan berumur 5-7 hari yang ditandai dengan terjadinya proses persembuhan. Segera dilakukan penjahitan pada luka-luka yang ada dan diberikan antibiotik agar tidak terjadi infeksi lebih lanjut. Masih menjadi perdebatan apa yang menjadi penyebab luka ini, namun kuat dugaan merupakan luka tembak.
Selain luka-luka pada tubuhnya, harimau jantan yang diperkirakan berumur lebih dari empat tahun ini juga mengalami patah pada dua taring kanannya. Dokter hewan, Drh Winni Pramesywari , yang memeriksa harimau ini menyatakan patahnya taring ini terjadi tidak lama. Pernyataan ini diperkuat dengan ditemukannya patahan taring di sekitar kandang. Diduga taring ini patah saat harimau berusaha keluar dengan menggigit besi-besi kandang.
Hingga berita ini diturunkan, harimau masih berada dalam perawatan intensif sampai kondisinya membaik. Masih belum jelas bagaimana nasib raja hutan ini selanjutnya. Mengingat kondisi taring yang sudah tidak utuh lagi, kecil kemungkinan harimau ini dapat dilepaskan kembali ke habitat alaminya. Yang menjadi masalah saat ini adalah tempat perawatan sementara hingga harimau dapat direlokasi. Box trap yang digunakan sekarang tidak ideal untuk digunakan dalam waktu lama dan dapat memicu stress yang menghambat persembuhan. Mungkin kejadian ini dapat menjadi pelajaran bagi seluruh pihak terkait. Perlu dipikirkan bagaimana desain box trap yang tidak membahayakan bagi harimau. Selain itu perlu juga dipikirkan untuk membangun kandang perawatan sementara terutama di daerah-daerah konflik mengingat kasus serupa dapat terulang kembali.
-- DWP
22.5.10
HARIMAU JANTAN MASUK PERANGKAP
KERINCI, HK —Seekor harimau tertangkap di Desa Bedeng 12, Muaro Emat, Kerinci, Senin (17/5). Harimau tersebut terjebak dalam box trap yang dipasang oleh Tim Tiger. Kandang sudah dipasang sejak beberapa minggu sebelumnya dikarenakan adanya laporan warga dan temuan petugas bahwa harimau sering berkeliaran di daerah tersebut. Petugas menduga harimau ini pernah tertangkap sebelumnya namun lepas (13/4). ”Diduga harimau ini sama dengan yang tertangkap kemarin karena ada luka di kupingnya dan bulu-bulunya sudah rontok,” jelas Dian Risdianto, Manajer Lapangan Tiger Protection and Conservation Unit, program kerjasama Flora Fauna Indonesia (FFI) dan Direktorat Jenderal PHKA Kementerian Kehutanan. Untuk menghindari keresahan warga, harimau segera dipindahkan ke Pos Resort Bukit Tapan TNKS.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
---------------------
"Anggaran yang tersedia untuk kegiatan konservasi di kawasan hutan sangat minim yakni hanya 4 dolar AS per hektar. Sangat jauh ketimbang Malaysia 20 dolar AS per hektar.Padahal, konservasi harimau dan satwa dilindungi lainnya butuh dana besar. Idealnya 18 dolar AS per hektar bisa tersedia untuk kegiatan konservasi di 26 juta hektar kawasan hutan lindung dan konservasi.Karena dana minim itu, pemerintah ajak swasta untuk sisihkan dana CSR-nya untuk kegiatan konservasi itu. Apalagi total dana CSR perusahaan di Indonesia sampai Rp20 triliun, kalau Rp1 triliun saja untuk konservasi itu sangat membantu," papar Darori, Dirjen PHKA Kemenhut, usai Lokakarya Penggalangan Sumberdaya untuk Pelaksana Rencana Nasional Pemulihan Harimau Sumatera, pada Selasa, 17 Januari 2012.
-----------------------------------------
Photo : "Wild Sumatran tiger" by Michael Lowe, 2006, Wikimedia Commons.
--------------
-------
-----------------------------------------
Photo : "Wild Sumatran tiger" by Michael Lowe, 2006, Wikimedia Commons.
--------------
-------
No comments:
Post a Comment