17.8.10
Kebenaran Harimau Hutan Siong
10 Agustus 2010 | BP
BKSDA Bali Belum Simpulkan
Kebenaran Harimau Hutan Siong
Tabanan (Bali Post) - Tim Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali yang datang ke Hutan Siong di Desa Lumbung Kauh Kecamatan Selemadeg Barat, Tabanan, belum dapat menyimpulkan harimau yang meresahkan warga setempat. Tim yang turun ke lapangan seharian untuk menelusuri jejak dan keberadaan harimau masih memerlukan penelitian lebih lanjut guna memastikannya, sehingga sampai saat ini belum ada kesimpulan terkait kebenaran dan keberadaan harimau di hutan lindung tersebut. Hal itu juga dijelaskan Kepala Seksi Wilayah I (Denpasar-Gilimanuk) BKSDA Bali, Sumarsono, Senin (9/8) kemarin. Ia mengatakan bukti-bukti yang ditemukan di sekitar lokasi kejadian seperti yang dikabarkan adanya seekor harimau menerkam dua ekor anjing dan seekor kambing milik warga setempat - belum kuat untuk dijadikan kesimpulan terkait dugaan adanya bekas gigitan itu sebagai bekas gigitan harimau. Begitu juga dengan keterangan seorang warga yang mengaku melihat langsung kejadian tersebut.
Dijelaskan, dia telah melakukan beberapa langkah untuk mengungkap keberadaan harimau tersebut. Di antaranya pengukuran terhadap jejak yang ditemukan di lokasi. ''Jejak yang ditemukan di lokasi belum cukup untuk menyimpulkan itu sebagai jejak harimau,'' jelasnya.
Menurutnya, masih memerlukan bukti lainya seperti bulu yang juga tidak ditemukan, sehingga memerlukan waktu lagi untuk menyimpulkannya. Dia juga telah berkoordinasi dengan LSM di Jawa Timur yang pernah melakukan penelitian terhadap harimau di Jawa. ''Untuk itu, kami juga harus membuka kembali arsip tentang keberadaan harimau Bali yang telah punah pada 1937 silam,'' terangnya.
Disinggung tentang kabar yang menyebutkan adanya pelepasan anak-anak harimau oleh BKSDA seperti informasi yang beredar, Sumarsono juga belum bisa memastikan hal itu, dan menmgatakan masih harus membuka arsip yang ada. ''Kami masih harus buka-buka file, apakah dulunya pernah ada pelepasan anak-anak harimau di sekitar hutan itu, seperti informasi yang beredar itu,'' katanya seraya menyebutkan untuk selanjutnya BKSDA akan kembali turun ke lokasi untuk memantau perkembangan lebih lanjut. (kmb)
Sumber : http://www.balipost.com/mediadetail.php?module=detailberita&kid=2&id=40067
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
---------------------
"Anggaran yang tersedia untuk kegiatan konservasi di kawasan hutan sangat minim yakni hanya 4 dolar AS per hektar. Sangat jauh ketimbang Malaysia 20 dolar AS per hektar.Padahal, konservasi harimau dan satwa dilindungi lainnya butuh dana besar. Idealnya 18 dolar AS per hektar bisa tersedia untuk kegiatan konservasi di 26 juta hektar kawasan hutan lindung dan konservasi.Karena dana minim itu, pemerintah ajak swasta untuk sisihkan dana CSR-nya untuk kegiatan konservasi itu. Apalagi total dana CSR perusahaan di Indonesia sampai Rp20 triliun, kalau Rp1 triliun saja untuk konservasi itu sangat membantu," papar Darori, Dirjen PHKA Kemenhut, usai Lokakarya Penggalangan Sumberdaya untuk Pelaksana Rencana Nasional Pemulihan Harimau Sumatera, pada Selasa, 17 Januari 2012.
-----------------------------------------
Photo : "Wild Sumatran tiger" by Michael Lowe, 2006, Wikimedia Commons.
--------------
-------
-----------------------------------------
Photo : "Wild Sumatran tiger" by Michael Lowe, 2006, Wikimedia Commons.
--------------
-------
No comments:
Post a Comment