
Kamis, 21 Januari 2010 | 09:41 WIB
Dari Kukang Sampai Harimau
Binatang mungil itu tertunduk, membelakangi sepotong pisang yang masih utuh. Di depannya tempat minum berisi air yang warnanya telah kehijauan. "Kukang ini binatang pemalu," katanya sambil memukul jeruji kawat itu. Kukang malang itu bergerak limbung dan mengangkat mukanya. Kedua matanya yang hitam menatap kami sebentar, lalu kepalanya disurukkan kembali ke dadanya.
Satwa langka itu duduk setengah bergelung. Kandangnya diletakkan begitu saja di atas aspal, di kios penjual burung, kawasan Pasar Burung, Kota Jambi. "Kalau mau (beli) Rp 125.000 saja," kata perempuan penjual itu.
Menurut Dewi, hewan-hewan langka tersebut biasa diperolehnya dari para pencari binatang di hutan. "Ada pencari sarang semut yang membawa kukang ini. Yang menjual ke kami macam- macam orangnya, tidak tentu," ujarnya.
Didi Wuryanto, Kepala Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Jambi mengamini terus berlangsungnya aktifitas penjualan satwa liar. "Tahun lalu kami menangkap basah transaksi penjualan daging rusa hasil perburuan liar, itu juga atas laporan dari masyarakat" katanya.
Pihak BKSDA kesulitan menangkap pelaku penjualan satwa liar itu dikarenakan minimnya bukti. "Ada oknum aparat yang menjadi penjual dari hewan liar yang ditangkap ini, tapi kami kekurangan bukti untuk menangkap oknum tersebut" kata Didi.
"Memberantas penangkapan dan penjualan satwa liar yang dilindungi seperti memberantas narkoba, perlu kerja keras. Saat ini kami kekurangan personel polisi kehutanan, ditambah lagi dana yang minim menjadi kendala kurang maksimalnya perlindungan terhadap satwa liar" kata Didi.
Perlindungan terhadap satwa liar di provinsi Jambi juga harus mengikut sertakan pihak masyarakat. Menurut didi, bagaimana caranya supaya masyarakat ikut menghargai dan melindungi satwa-satwa langka agar tidak diburu dan diperjual belikan
Perdagangan dan Konflik
Selain diperjualbelikan, populasi satwa langka terancam karena konflik dengan masyarakat, terutama di sekitar habitat satwa itu. Baru-baru ini terjadi konflik antara beruang dengan warga. Beruang yang nyaris tewas itu berhasil diamankan BKSDA, dan kini dirawat di Taman Rimba Kota Jambi.
"Empat bulan yang lalu ada seorang bapak dan anaknya diserang oleh beruang dan mengakibatkan pria tersebut meninggal dunia. Ada beruang yang mulutnya ditebas dengan parang oleh warga karena masuk ke rumah penduduk" ujar Didi.
Sampai saat ini BKSDA telah menangkap enam ekor beruang madu, termasuk beruang yang mulutnya sobek akibat tebasan parang warga. Beruang itu kini dalam perawatan Taman Rimba Kota Jambi. "Beruang itu masih dalam perawatan, saat dititipkan BKSDA, mulutnya luka karena dibacok warga," kata Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jambi, Hanif Lubis, kepada Tribun Selasa (19/1).
Kadis Peternakan Provinsi Jambi ini tidak tahu sampai kapan beruang itu dititipkan di taman rimba. Karena, pihak BKSDA kata dia, bukan baru pertama kali menitipkan binatang buas di taman rimba. Sebelumnya BKSDA juga pernah menitipkan harimau. Setelah beberapa lama dan kondisi harimau itu sudah baik, pihak BKSDA mengambil dan melepaskannya ke daerah Lampung. Kata Hanif, jika beruang itu kondisinya sudah membaik, pihak BKSDA akan mengambilnya kembali.
"Jika dokter sudah menyatakan tidak ada masalah dengan kesehatan beruang tersebut, kami akan lepasliarkan di antaranya bisa ke Taman Nasional Kerinci Sebelat" kata Didi. Saat ini keenam beruang tersebut dinilai masih belum layak untuk dikembalikan ke habitatnya.
Selain beruang, satwa dilindungi yang kerap berkonflik dengan warga kata Didi, di antaranya adalah Buaya, Harimau dan beruang. "Mungkin karena habitatnya diganggu manusia dan sering diburu, satwa tersebut turun ke perkampungan warga." (dot/udi/nil)
http://tribunjambi.com/read/artikel/136
No comments:
Post a Comment