
Sebuah Indikasi Berkembangbiaknya Satwa Langka Tersebut, Sekaligus Menunjukkan Semakin Mendesaknya Upaya Perlindungan Habitatnya
Jakarta – Untuk pertamakalinya video jebak (video trap) yang di pasang oleh tim riset WWF-Indonesia di Sumatera Bagian Tengah – tepatnya diantara dua wilayah konservasi Suaka Margasatwa Rimbang Baling dan Taman Nasional Bukit Tigapuluh di Propinsi Riau dan Jambi -- berhasil merekam gambar harimau betina dan dua anaknya. Temuan ini memberikan informasi ilmiah dan unik tmengenai tingkah laku satwa dilindungi tersebut.
Setelah beroperasi selama satu bulan, kamera video otomatis bersensor itu berhasil mendokumentasikan foto keluarga harimau Sumatera saat mereka berjalan melintasi dan mengendus video jebak tersebut.
Saat ini diperkirakan hanya terdapat sekitar 400 individu Harimau Sumatra di alam liar dengan status kritis terancam punah (critically endangered) dimana keberadaan mereka terus terancam oleh rusaknya habitat, dan perdagangan serta perburuan ilegal.
Setelah
“Memperoleh cuplikan video tersebut hanya dalam jangka waktu satu bulan setelah pemasangan kamera video merupakan suntikan moral yang sangat berarti bagi tim kami di lapangan,” jelas Karmila Parakkasi, koordinator Tim Riset Harimau Sumatera WWF-Indonesia. “Walaupun demikian, kami merasa khawatir karena hutan di kawasan tempat kami memperoleh video serta foto harimau tersebut terancam oleh pembukaan lahan oleh dua perusahaan pulp dan kertas raksasa, perkebunan kelapa sawit, serta perambahan dan penebangan liar. Yang menjadi pertanyaan, bisakah anak-anak harimau tersebut tumbuh besar di lingkungan seperti ini?,” kata Karmila
Spesies harimau diseluruh dunia saat ini hanya tersisa 3200 ekor yang meliputi enam sub-spesies yaitu harimau Sumatera, Bengal, Amur, Indochina, Cina Selatan, dan Malaya. Tahun Harimau kali ini bisa saja merupakan kesempatan terakhir kita untuk menyelamatkan harimau jika tidak ada upaya serius dalam menyelamatkan spesies karismatik ini. Dukungan skala besar dari berbagai pihak dibutuhkan untuk pelestariannya.
Selain mendapatkan gambar harimau betina dan dua anaknya, video jebak yang dipasang tersebut juga mendapatkan gambar harimau jantan dan satwa burunya yaitu babi hutan dan rusa, dan satwa lainnya seperti tapir, monyet ekor panjang, landak, dan luwak.
Video jebak bekerja dengan sensor infra merah yang otomatis teraktifasi saat sensor tersebut mengidentifikasi panas tubuh yang melintasinya. Piranti ini menjadi alat yang sangat penting dalam upaya mengidentifikasi individu harimau guna memonitor populasi serta habitat dan wilayah jelajahnya.
“
Karmila dan tim risetnya pertamakali memperoleh foto induk dan kedua anak harimau tersebut pada Juli 2009 dengan menggunakan kamera jebak biasa (tidak bergerak). Sayangnya gambar yang didapat tidak terlalu baik kualitasnya. “Kami tidak terlalu yakin dengan jumlah anak harimau yang terdokumentasi dalam foto-foto tersebut,”ujarnya. Untuk mengkonfirmasi hasil awal yang diperoleh, video jebak dipasang pada bulan September di lokasi yang sama
“Tak lama lagi, saat anak harimau ini cukup dewasa untuk lepas dari induknya, maka ia akan membutuhkan wilayahnya sendiri. Tapi kemana anak harimau ini akan pergi?” ujar Ian Kosasih, Direktur Program Kehutanan dan Spesies WWF-Indonesia. “Dengan menyusutnya habitat harimau akibat alih fungsi hutan, harimau akan semakin sulit menghindari kontak langsungdengan manusia. Hal ini tentu saja akan sangat membahayakan bagi keduanya.”
“Dengan adanya bukti ilmiah mengenai keberadaan harimau ini, WWF menghimbau agar daerah antara Rimbang Baling dan Bukit Tigapuluh didedikasikan sebagai koridor satwa yang dikelola secara baik dengan menerapkan praktik-praktik berkelanjutan,” lanjut Ian Kosasih.
WWF juga meminta perusahaan pulp dan kertas—Sinar Mas/ APP dan APRIL—serta perkebunan kelapa sawit yang beroperasi di daerah tersebut untuk melindungi hutan bernilai konservasi tinggi yang diidentifikasi sebagai habitat alami harimau dan satwa langka lainnya. Para pelaku industri tersebut harus menghentikan pembabatan hutan dan pembangunan jalan di daerah yang merupakan habitat alami satwa langka karena akan mempermudah akses bagi para pemburu dan perambah liar.
Saat ini WWF-Indonesia bekerja bersama dengan pemerintah pusat dan provinsi dalam merumuskan wilayah prioritas restorasi serta mengimplementasikan tata ruang yang mendukung pembangunan secara lestari serta menjamin perlindungan terhadap hutan alam yang masih tersisa—untuk memberikan wilayah jelajah bagi harimau Sumatera yang diharapkan akan meminimalisir kemungkinan konflik dengan manusia.
No comments:
Post a Comment