Rabu, 5 Agustus 2009 | 04:28 WIB
Jakarta, Kompas - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia sebagai institusi riset terbesar dan tertua di Indonesia selama beberapa tahun terakhir tidak pernah mengalokasikan anggaran riset komodo (Varanus komodoensis).
Strategi konservasi satwa langka itu kini menghadapi tantangan berat akibat rusaknya habitat, bahkan kebijakan konservasi dikalahkan kebijakan eksploitatif lainnya, seperti penambangan yang jelas-jelas merusak ekosistem lingkungan.
”Tidak boleh ada lagi tawar-menawar, kebijakan pemerintah di wilayah endemis komodo harus untuk konservasi jenis satwa tersebut,” kata Deputi Bidang Ilmu Hayati LIPI Endang Sukara, Selasa (4/8) di Jakarta.
Ketiadaan alokasi dana penelitian LIPI untuk komodo, menurut Endang, karena rendahnya perhatian pemerintah terhadap jenis satwa yang tergolong purba ini. Terkait riset komodo, selama ini LIPI hanya bisa mendompleng kegiatan periset asing.
Perbedaan genetik
Hasil riset yang pernah diperoleh dari hasil kerja sama dengan periset Spanyol, menurut Endang, membuktikan ada perbedaan genetik komodo di Pulau Flores dengan komodo di Taman Nasional Komodo. Fenomena ini bisa mengungkap persoalan migrasi komodo ke pulau-pulau lain, tetapi hasil riset itu belum ditindaklanjuti hingga sekarang.
”Ada genetic marker pada komodo Pulau Flores yang ditemukan bersama periset Spanyol,” kata Endang.
Habitat komodo di Flores kini semakin terancam rusak karena tak pernah diperhatikan secara khusus. Informasi populasi komodo di pulau itu kerap dikabarkan masih sebanyak 300 ekor. Namun, menurut Endang, komodo spesifik Flores itu tinggal 12 ekor. Kepunahan komodo di Pulau Flores tinggal menunggu waktu. ”Kepunahan komodo Pulau Flores akan menyusul komodo Pulau Padar,” ujarnya.
Secara terpisah, mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup Sonny Keraf meminta peninjauan ulang Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 384/Menhut-II/2009 tertanggal 13 Mei 2009 untuk merelokasi lima pasang komodo Pulau Flores ke Taman Safari Gianyar, Bali. Senada dengan Endang, penyelamatan komodo Flores saat ini harus menjadi prioritas pemerintah, tetapi konservasi harus tetap dipusatkan di Flores.
”LIPI, kalau diberi kewenangan untuk mengoordinasi penanganan masalah ini, akan mengundang ilmuwan-ilmuwan dunia supaya turut menangani penyelamatan hewan purba ini,” kata Endang. (NAW)
Sumber : http://koran.kompas.com
No comments:
Post a Comment