31.7.09
Satu Lagi Warga Jambi Diterkam Harimau
Selasa, 21 Juli 2009 | 15:35 WIB
TEMPO Interaktif, Jambi - Usman Gumanto, 49 tahun, warga Desa Jangga Aur, Kecamatan Bathin XXIV, Kabupaten Batanghari, Jambi, diduga tewas akibat diterkam harimau Sumatera. Kondisi tubuhnya mengenaskan, yaitu patah tulang leher, patah tulang kaki bagian kanan, dan sebagian besar tubuh korban tercabik-cabik bekas gigitan binatang buas.
Berdasarkan laporan warga kepada Kepolisian Resor Batanghari, Selasa (21/7), pada sekitar pukul 15.00 WIB korban bersama anaknya, Sadat, 12 tahun, tengah mengambil kayu bakar di hutan tidak jauh dari desa mereka. Tiba-tiba Sadat melihat seekor harimau dan lantas memanggil korban.
Saat korban berlari mendekati anaknya, ketika itu pula harimau langsung menerkam korban, sehingga tak berkutik. Akibatnya korban meninggal di tempat kejadian.
Ajun Komisaris Besar Edy Jubaidi, Kepala Kepolisian Resor Batanghari, ketika dikonfirmasi Tempo, mengakui ada warga yang dikabarkan meninggal diterkam binatang buas. Namun dia belum bisa memastikan, apakah benar harimau atau beruang yang membuat korban meninggal.
"Saya belum tahu persis apakah harimau atau beruang, karena Sadat, anak korban, belum bisa dimintai keterangan, mengingat masih mengalami trauma. Jika ingin tahu secara pasti, tanyakan saja ke Kepala Polisi Sektor Bathin XXIV," ujarnya.
Ajun Komisaris Mamit, Kepala Polisi Sektor Bathin XXIV, beberapa kali dihubungi, namun ponselnya sedang tidak aktif.
Sementara itu, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jambi, Didy Wurjanto, mengatakan dirinya sudah mendengar informasi itu dari salah seorang anggota Polda Jambi. Namun secara pasti dirinya masih berupaya mencari informasi lebih lanjut," jelasnya.
Kejadian seperti ini untuk kesekian kalinya menimpa warga Jambi. Seperti diketahui sekitar awal tahun 2009, dari 10 korban diterkam harimau Sumatera, sembilan di antaranya tewas.
Ferry Irawan, Dewan Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia, mengatakan kejadian ini akan terus berlangsung, bila hutan sebagai habitat harimau itu terus saja diganggu dengan cara dirambah untuk perkebunan dan aksi pembalakan liar.
SYAIPUL BAKHORI
Sumber : http://www.tempointeraktif.com
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
---------------------
"Anggaran yang tersedia untuk kegiatan konservasi di kawasan hutan sangat minim yakni hanya 4 dolar AS per hektar. Sangat jauh ketimbang Malaysia 20 dolar AS per hektar.Padahal, konservasi harimau dan satwa dilindungi lainnya butuh dana besar. Idealnya 18 dolar AS per hektar bisa tersedia untuk kegiatan konservasi di 26 juta hektar kawasan hutan lindung dan konservasi.Karena dana minim itu, pemerintah ajak swasta untuk sisihkan dana CSR-nya untuk kegiatan konservasi itu. Apalagi total dana CSR perusahaan di Indonesia sampai Rp20 triliun, kalau Rp1 triliun saja untuk konservasi itu sangat membantu," papar Darori, Dirjen PHKA Kemenhut, usai Lokakarya Penggalangan Sumberdaya untuk Pelaksana Rencana Nasional Pemulihan Harimau Sumatera, pada Selasa, 17 Januari 2012.
-----------------------------------------
Photo : "Wild Sumatran tiger" by Michael Lowe, 2006, Wikimedia Commons.
--------------
-------
-----------------------------------------
Photo : "Wild Sumatran tiger" by Michael Lowe, 2006, Wikimedia Commons.
--------------
-------
No comments:
Post a Comment