28.5.09
MENAPAKI HUTAN TNBBS
“Itulah pengalaman saya selama di WCS-IP TNBBS....” : HERWANSYAH (IPOY)
Secarik tulisan ini pernah ditulis temanku Ipoy kira-kira Th 2002 di mess Kotaagung, LAMPUNG dan bagus tuk ditampilkan disini sehingga kawan-kawan bisa membaca dan mencoba mengenal ipoy, siapa ipoy atau herwansyah nama aslinya?
Saya adalah seorang anggota Tim Tiger WCS-IP Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), pekerjaan yang saya geluti adalah bersama melakukan suatu sikap dan tindakan sebagai seorang konservasionis terhadap kelestarian satwa Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatreae), diantaranya adalah melalui pemantauan distribusi dan kerapatan Harimau Sumatra serta mammalia besar di TNBBS.
Suatu ketika, manager saya “Haryo Tabah Wibisono” memerintahkan saya untuk diperbantukan dalam proyek Gajah Sumatera WCS-IP dalam bentuk kegiatan survei Gajah Sumatera (Elephas maximus) di TNBBS. Rencana keberangkatan telah ditetapkan yaitu jatuh pada tanggal 25 Februari 2001 dan pada saat itu Tim survey dengan sebutan “Tim Ele” dan Tim yang memperbantukan jauh hari sebelumnya harus sudah packing, dan siap untuk berangkat ke lokasi mbah gede (sebutan Gajah Sumatera). Kegiatan survei Gajah sumatera kali ini menggunakan sistem Camera yang biasa digunakan oleh Tim Tiger, yaitu Camera Trap (Camtraker), dimana Camera memakai sistem sensor infra merah pasif untuk menditeksi panas tubuh dan pergerakan satwa yang melintas didepan sensor, lalu mendokumentasikannya.
Pagi itu, Tanggal 25 Februari 2001, saya bersama Tim Ele dengan mengendarai kendaraan Hailen mulai bergerak menuju lokasi survei. Kebersamaan dan kekompakan kerja sangat dijunjung dalam Tim Ele ini. Sesampainya di lokasi survei kendaraan Hailen mulai berhenti dan meninggalkan kami bersama keheningan hutan primer TNBBS. Tim Ele ini dibagi menjadi dua Tim dan tiap Tim terdiri dari enam orang yang masing-masing telah dibekali dengan Peta Topografi, GPS, Kompas, Camera Pocket, Camera Trap, Densiometer, Understory, Sling Cord, Banji Cord, Papan Tagging, Tally Sheet, Obat-obatan, Pita Ukur, Alat Tulis serta Logistic.
Adventure....telah dimulai, genderang alam telah menyambut kami, jurang dan lembah adalah keganasan TNBBS. Suasana TNBBS yang diselimuti oleh satwa liar, buas dan mencekam adalah keunikan bagi kami. Itulah keindahan dan kebanggaan kami, karya cipta Tuhan yang wajib dilestarikan. Dengan penuh semangat kami daki bukit-bukit Selatan, keringat tak lagi kami hiraukan, entah untuk seberapa kian kalinya kami melewati lembah serta jurang yang suatu saat siap menelan kami bila kami terperosok.
Jam di tangan telah menunjukkan pukul 16.30 WIBB, kami harus menelusuri sungai untuk mencari tempat bermalam dengan penuh rasa gotong royong kami dirikan tenda yang amat sederhana dan setelah itu masing-masing anggota membersihkan diri di sungai. Sambil bercanda gurau antar kawan kami memasak makanan yang telah tersedia untuk santap malam. Setelah selesai menghabiskan santapan, untuk beberapa saat kami menghabiskan beberapa batang rokok. Berjalan seharian telah membuat kami merasa terlalu lelah dan akhirnya kami terpulas dalam tidur.
Burung berkicau menandakan pagi telah tiba dan kami harus siap untuk memulai pendakian kembali. Tak terasa sudah lima hari kami habiskan di hutan dengan hati semangat, kami mengikuti jalan logging untuk menyelesaikan tugas dan menuju jalan pulang. Entah mengapa nasib sial berpihak pada Tim kami, dalam perjalanan kami bertemu dengan sekelompok Gajah Sumatera, penglihatanku ditutupi oleh rintikan hujan dan sebesit saya mebisik hati “ada 6 sampai 8 ekor Gajah Sumatera itu...”, Rasa gelisah dan cemas menyelimuti saat-saat itu, 5 menit kami menunggu dan akhirnya sekelompok Gajah liar tersebut pergi dan memasuki hutan belantara.
Kesempatan bagi meneruskan perjalanan telah tiba, Rimba TNBBS telah menunjukkan salah satu dari kegagahannya. Perjalanan menelusuri hutan rimba TNBBS terus kami tapaki, pekerjaan survei Gajah Sumatera telah selesai untuk periode ini, saatnya meninggalkan lokasi survei. Namun lagi-lagi kami harus berkenalan dengan Embah gede lagi, sekelompok Gajah dengan tubuh yang bulat besar dan memiliki tinggi badan 3 meter serta gading yang sudah begitu panjang secara tidak sengaja menghadang perjalanan kami. Dialah sang jantan, dengan perkasanya dia memimpin sangbetina dan anaknya. Jarak mereka begitu dekat dengan kami dan hanya 3 meter. Sang jantan mungkin tidak dapat menerima saat kami tanpa sengaja menyorotnya dengan senter diapun mengeluarkan suara yang dasyat, seakan-akan tanah yang kami pijak bergetar dan membuat bulu kuduk kami merinding.
Amarah sang Mbah gede sangat murka dan kami tak dapat menghindarinya. Spontanitas, Tim-pun terpecah dan langkah seribu secepat kilat diambil sebagai citra menyelamatkan diri. Saya bersama rekan saya berlari seperti orang kesetanan, rasa lelah dan lapar tidak dihiraukan lagi, bukit terjalpun dihantam tiada ampun dengan kecepatan lari menyaingi pelari cepat dunia. “Ah....” detak jantung bagaikan mau pecah dan keluar dari dada. Malam terus berlalu, pukul 23.13 WIBB, hujan yang tiada henti dan dinginnya malam adalah selimut kami di malam itu. “Ya Tuhan...” Puji syukur kepada Tuhan YME, kami dapat bertemu dengan tiga rekan kami yang sebelumnya terpisah dari amukan Gajah. Untuk beberapa saat kami tertawa bahagia, ketegangan batin telah berubah menjadi kebahagiaan dan pengalaman yang berharga. Kini suasana malam makin hening di saat kami harus menunggu kendaraan yang mungkin akan ada yang lewat. Jam pukul 01.10 WIB menandakan hari telah tengah malam, kebahagiaan kami makin lengkap karena ternyata masih ada kendaraan yang akan mengantarkan kami ke Kotaagung. “Itulah pengalaman saya selama di WCS-IP TNBBS....”
(Herwansyah * : 2002 di Mess Kotaagung, Lampung)
* Staff WCS-IP (Team Tiger)
* sekarang (mulai tahun 2007) kemarin sudah di Aceh masih bekerja dengan WCS-Ip juga dan masih sama peneliti pelestari harimau juga :-)
Sumber : http://harimaujambi.blogspot.com
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
---------------------
"Anggaran yang tersedia untuk kegiatan konservasi di kawasan hutan sangat minim yakni hanya 4 dolar AS per hektar. Sangat jauh ketimbang Malaysia 20 dolar AS per hektar.Padahal, konservasi harimau dan satwa dilindungi lainnya butuh dana besar. Idealnya 18 dolar AS per hektar bisa tersedia untuk kegiatan konservasi di 26 juta hektar kawasan hutan lindung dan konservasi.Karena dana minim itu, pemerintah ajak swasta untuk sisihkan dana CSR-nya untuk kegiatan konservasi itu. Apalagi total dana CSR perusahaan di Indonesia sampai Rp20 triliun, kalau Rp1 triliun saja untuk konservasi itu sangat membantu," papar Darori, Dirjen PHKA Kemenhut, usai Lokakarya Penggalangan Sumberdaya untuk Pelaksana Rencana Nasional Pemulihan Harimau Sumatera, pada Selasa, 17 Januari 2012.
-----------------------------------------
Photo : "Wild Sumatran tiger" by Michael Lowe, 2006, Wikimedia Commons.
--------------
-------
-----------------------------------------
Photo : "Wild Sumatran tiger" by Michael Lowe, 2006, Wikimedia Commons.
--------------
-------
No comments:
Post a Comment