Selasa, 27 April 2010 | 04:55 WIB
Banda Aceh, Kompas
Pengambilan sampel DNA keduanya diharapkan bisa membantu penyelamatan hewan langka ini dari kepunahan.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) Abubakar Chek Mat, ditemui di sela-sela pemindahan kedua harimau itu, Senin (26/4), mengatakan, pihak Taman Safari Indonesia (TSI) berencana mengambil contoh DNA kedua hewan itu. ”Mereka tidak akan menggunakan kedua hewan itu untuk pertunjukan. Untuk kepentingan medis saja,” katanya.
Dia menjelaskan, pihak TSI hanya meminjam untuk kepentingan medis selama beberapa waktu. Pengembalian kedua hewan itu belum bisa dipastikan.
Dua harimau betina yang tergolong langka itu bernama Cut Nyak (5) dan Salamah (3). Salamah terpaksa harus diamputasi salah satu kakinya karena terkena jerat baja yang dipasang warga di wilayah Subulussalam.
Sementara Cut Nyak selama ini dipelihara oleh pihak militer di Markas Kompi Senapan C Batalion 115 Macan Leuser di daerah Trumon, Aceh Selatan.
Menurut beberapa anggota BKSDA, mereka dipelihara militer karena namanya sesuai dengan lambang kesatuan mereka, yaitu Macan Leuser. Namun, faktor kesulitan mencari makanan bagi hewan pemakan daging inilah yang membuat pihak batalyon akhirnya menyerahkan binatang langka itu ke BKSDA.
Mawar Kholis, anggota staf Wild Conservation Society, beberapa waktu lalu juga menyatakan, pemerintah harus mulai memikirkan pemberian sanksi bagi warga yang memasang jerat berbahan baja. Menurut dia, hal itu membahayakan hewan-hewan langka, terutama harimau.
Dari data BKSDA NAD, hingga saat ini ada tujuh harimau sumatera asal Aceh yang dikirimkan ke luar.
Empat dari lima harimau yang dikirim ke Lampung sudah dilepasliarkan. Tersisa satu ekor lagi yang masih harus menjalani karantina untuk memperbaiki kemampuan berburunya secara alami.
”Karena selama ini dia dipelihara oleh manusia, jadi kemampuan berburunya agak kurang,” ujarnya.
Hal yang sama akan dilakukan terhadap Cut Nyak. Dipelihara oleh manusia membuat harimau itu kehilangan kemampuan berburu.
Sebelumnya diberitakan, populasi harimau sumatera dipastikan berkurang setelah seekor harimau sumatera betina, Oktober tahun lalu, mati sebelum kedua kakinya diamputasi.
Beberapa lembaga swadaya masyarakat berharap pemerintah segera mengeluarkan imbauan tentang penggunaan jerat babi untuk mengurangi dampak merugikan pada hewan langka itu.
Mereka berpendapat, sudah seharusnya penggunaan kawat baja oleh masyarakat untuk menjerat babi diawasi sebab alat penjerat semacam itu lebih banyak memakan korban hewan langka.
Populasi harimau sumatera di wilayah Aceh diperkirakan kurang dari 250 ekor.
No comments:
Post a Comment