
Muaro Jambi, FHK- Harimau rawa penghuni hutan gambut Jambi terus menunjukkan taring di daerah hutan kekuasaannya menjelang akhir Maret tahun macan ini. Kejadian ini menambah deretan angka mengganasnya harimau di hutan rawa Jambi akibat aktivitas manusia yang terus merusak hutan tempat tinggalnya, serta meningkatnya perburuan pada harimau dan satwa mangsa potensialnya, diantaranya rusa sambar dan kijang.
Sebelumnya di Februari 2009, sembilan orang illegal logger (laki-laki) telah dihukum rimba di pondok saw mill oleh Datuk Sang Raja Hutan (sebutan harimau oleh masyarakat Jambi). Delapan orang dibunuh dan satu orang selamat namun terluka. Berdasarkan hasil deteksi dari jejak tapak kaki, diketahui ada dua harimau (jantan dan betina dewasa) pada sekitaran titik-titik kejadian. Tidak jauh dari titik-titik kejadian THC (Tiger-Human Conflict), satu harimau betina (id: Salma), yang sebelumnya telah menyerang petugas BKSDA Jambi, ZSL, AP, dan staff Makin Group, telah masuk perangkap BKSDA Jambi yang ditempatkan pada perkebunan sawit Makin Group. Sang jantan dewasa masih berpatroli dan terus memburu illegal logger.
Kisah tersebut terus berlanjut menjelang penghabisan tahun 2009. Diinformasikan oleh sesepuh warga desa sekitar titik kejadian (identitas dirahasiakan), korban masih terus berjatuhan dan tetap berasal dari illegal logger. “Hampir tiap hari ambulan datang dan pergi melewati perkampungan kami dengan sangat buru-buru. Para korban yang sebagian besar telah mati tersebut langsung dilarikan oleh bos kayu dengan ambulan untuk langsung dibawa ke daerah asal para almarhum,” ujar sesepuh desa.
Kejadian terulang kembali di penghujung Maret 2010. Deretan data THC bermula pada pemangsaan 4 ekor sapi ternak oleh Sang Datuk di hutan semak berjarak ±750 m dari pemukiman Desa Seponjen. Selanjutnya percobaan pemangsaan satu warga Desa Aur (Ishak, 37 th, kemungkinan illegal logger) di dalam hutan dekat Taman Nasional Berbak yang berhasil selamat dan dirawat di Rumah Sakit Umum (20/3). Pemangsaan berikutnya terjadi pada satu warga Desa Seponjen (Darmilus, illegal logger namun diberitakan sebagai pencari ikan) di dalam Hutan Lindung Gambut, berjarak ±12 km dari Desa Seponjen dan meninggal dunia (23/3).
Tim gabungan dari BKSDA Jambi, TN Berbak, dan Dishutbun Muaro Jambi yang dikepalai oleh Ka. Seksi III BKSDA Jambi dengan didampingi tiga warga Desa Seponjen melakukan olah TKP Tiger Mauled di Hutan Lindung Gambut (12 km dari Desa Seponjen) dan berada di antara area eks-HPH PT PDI dan peat swamp forest TN Berbak. Somiran (53 th) merupakan salah satu saksi dari warga Desa Seponjen yang dihadirkan pada olah TKP tersebut. Menurut Somiran, peristiwa tersebut terjadi pada tengah malam (sekitar 24:00 WIBB) saat semua orang tertidur lelap. “Saat itu korban (Darmilus) tidur terlentang dengan kepala menghadap pintu pondok yang tidak ada daun pintunya, dan harimau menariknya”, ujar Somiran. Pada lokasi TKP terdapat empat pondok kayu (tiga masih dipakai dan satu sudah roboh). Tim melakukan penyisiran dan menemukan barang bukti berupa bekas gigitan pada satu ember dan satu dirigen, bekas ceceran darah pada handuk korban dan celana korban, jejak tapak kaki harimau dewasa berukuran 130 x 130 mm2 dan tumit 60 x 90 mm2 dengan perkiraan umur jejak sama dengan waktu kejadian. Perkiraan jenis kelamin harimau belum bisa dipastikan karena kondisi temuan jejak kaki yang mulai pudar akibat air hujan dan kondisi tanah rawa gambut. Dengan membandingkan range titik-titik kejadian di 2009 dan 2010, diketahui kedua peristiwa ini terjadi cukup berdekatan dalam wilayah jelajah satu harimau dewasa dan masih satu landscape. Masih menjadi pertanyaan, apakah kedua peristiwa ini dilakukan oleh harimau jantan dewasa yang sama atau bukan.
Hasil survey jalan kaki dan camera traps ZSL-balai TN Berbak selama 3 bulan penuh (November 2007 - Februari 2008) menunjukkan bahwa sedikitnya 5 individu harimau telah menghuni peat swamp forest Taman Nasional Berbak, sedangkan 2 individu lainnya menghuni hutan produksi yangf berbatasan dengan perkebunan sawit Makin Group.
Dilematis, harimau merupakan satwa dilindungi yang marah akibat rumahnya dirusak dan perburuan, serta manusia karena kepentingan ekonomi terus mengeksploitasi hutan tempat tinggal satwa tersebut. Namun manusia diberi kecerdasan akal untuk memenangkan persaingan. Sang penguasa kayu dapat menyewa pemburu professional untuk memburu sang raja hutan di istananya. Kondisi yang membahayakan bagi harimau dan juga manusia. Korban terluka hingga mengalami kematian akan berjatuhan dari kedua belah pihak. Pihak manakah yang akan dibela, harimau yang mempertahankan diri dan hutan tempat hidupnya, atau manusia yang berusaha memenuhi kebutuhan ekonominya?
Video Cek TKP Tiger Mauled. Tim gabungan BKSDA Jambi, Balai TN Berbak, Dishutbun Muaro Jambi, Warga Desa Seponjen dan Wartawan Tribun Jambi
No comments:
Post a Comment