7.6.09
Demi Kelapa Sawit, Gajah-gajah Dibantai
Pic. Dok. Tribun Pekanbaru/Raya deswanto
Selasa, 2 Juni 2009 | 13:44 WIB
PEKANBARU, KOMPAS.com — Sebanyak tiga ekor gajah ditemukan mati di areal konsesi PT Rimba Peranap Indah (RPI), anak perusahaan PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), dan diindikasikan karena diracun, demikian dikatakan Kabid Konservasi dan Sumber Daya Alam (KSDA) Wilayah I Rengat Edy Susanto.
"Perusahaan seharusnya bertanggung jawab terhadap keselamatan gajah ini karena lokasi tempat mereka ditemukan mati merupakan daerah jelajahnya. Tiga ekor gajah mati dilokasi RPI dengan indikasi karena racun," ujar Edy di Rengat, Selasa (2/6).
Ia mengatakan, bangkai seekor gajah yang baru ditemukan pada Senin kemarin merupakan kawanan dari dua ekor gajah yang ditemukan pada Kamis lalu di lokasi Hutan Tanaman Industri (HTI) PT RPI.
Semula ditemukan dua ekor yang telah menjadi bangkai. Pada Senin kemarin, tidak jauh dari dua bangkai gajah ditemukan lagi satu ekor bangkai gajah dewasa yang membusuk. Kematian gajah-gajah ini karena diracun atau memakan sesuatu bahan yang berbahaya.
Dua ekor gajah yang ditemukan pada pekan lalu telah diotopsi, namun hasilnya belum diketahui karena sampel organ dalam bangkai gajah tersebut dikirim ke Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner (BPPV) Regional II Bukit Tinggi dan BPPV Bogor.
"Lokasi gajah mati tersebut di hutan akasia dan tidak jauh dari lokasi perkebunan sawit yang berbatasan dengan HTI," katanya.
Lokasi matinya tiga ekor hewan yang dilindungi itu merupakan kawasan perusahaan, begitu juga areal perkebunan tanaman sawit yang tidak jauh dari tempat kejadian perkara (TKP) merupakan areal konsesi PT RPI.
Tanaman sawit dikelola masyarakat dengan bantuan PT Perkebunan Nusantara (PN) V. Menurut Edy, baik pihak perusahaan maupun masyarakat berkilah kawanan gajah selalu mendatangi lokasi perusahaan tersebut dan selalu pula tanaman sawit habis dimakan gajah. Lokasi perkebunan kelapa sawit ini dulunya hutan dan tempat habitat gajah.
"Gajah yang ditemukan mati ini merupakan kelompok gajah yang memiliki home range (daerah jelajah) dari Peranap-Tesso Nilo-Kuantan Singingi. Rute yang mereka lalui tetap, namun hewan ini tidak melihat terjadinya perubahan fungsi hutan dan itu sebabnya hewan ini dicap menganggu dan akhirnya dimatikan," tutur Edy.
Ia mengaku saat ini sedang berkoordinasi dengan aparat kepolisian untuk mencari pelaku pembunuh hewan yang menjadi aset dunia itu dan mengharapkan peran dari perusahaan yang ada di daerah jelajah gajah untuk membantu hewan tersebut menetap sementara dan melindunginya.
"Kawasan PT RPI sejak dulu merupakan kawasan gajah. Manajemen perusahaan hendaknya memperhatikan habitat gajah ini dengan baik," katanya.
Kawasan PT RPI berada di perbatasan Kabupaten Indragiri Hulu dan Kabupaten Pelalawan. Lokasi bangkai dua ekor gajah berada di blok T4 dan bangkai yang baru ditemukan kemarin terdapat di blok T2 yang berbatasan langsung dengan kebun sawit milik PT PN V dan bekerja sama dengan koperasi Tani Siampu Pesikaian.
Di sekitar areal lokasi konsesi anak perusahaan RAPP ini terdapat sekelompok gajah dengan jumlah sekitar 15 ekor yang selalu keluar masuk kawasan.
BNJ
Sumber : Ant
Sumber : http://sains.kompas.com/read/xml/2009/06/02/13443673/demi.kelapa.sawit.gajah-gajah.dibantai
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
---------------------
"Anggaran yang tersedia untuk kegiatan konservasi di kawasan hutan sangat minim yakni hanya 4 dolar AS per hektar. Sangat jauh ketimbang Malaysia 20 dolar AS per hektar.Padahal, konservasi harimau dan satwa dilindungi lainnya butuh dana besar. Idealnya 18 dolar AS per hektar bisa tersedia untuk kegiatan konservasi di 26 juta hektar kawasan hutan lindung dan konservasi.Karena dana minim itu, pemerintah ajak swasta untuk sisihkan dana CSR-nya untuk kegiatan konservasi itu. Apalagi total dana CSR perusahaan di Indonesia sampai Rp20 triliun, kalau Rp1 triliun saja untuk konservasi itu sangat membantu," papar Darori, Dirjen PHKA Kemenhut, usai Lokakarya Penggalangan Sumberdaya untuk Pelaksana Rencana Nasional Pemulihan Harimau Sumatera, pada Selasa, 17 Januari 2012.
-----------------------------------------
Photo : "Wild Sumatran tiger" by Michael Lowe, 2006, Wikimedia Commons.
--------------
-------
-----------------------------------------
Photo : "Wild Sumatran tiger" by Michael Lowe, 2006, Wikimedia Commons.
--------------
-------
No comments:
Post a Comment